Kisah-Kisah Dalam Al-Qur'an (Qashashul Al-Qur'an)
Oleh ; M. Yusron, M.S.I*
A. Pendahuluan
"kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Qur'an ini kepadamu (QS. Yusuf: 3)
Sebagai sebuah kitab suci, Al-Qur'an memuat kisah-kisah yang tak terkotori oleh oleh goresan pena tangan-tangan jahil dan tidak tercampuri kisah-kisah dusta dan rekayasa. Kisah-kisahnya merupakan kisah yang benar, yang Allah kisahkan untuk segenap manusia, sebagai cerminan dan contoh bagi kehidupan manusia sekarang dan yang akan datang.
Allah memberitahukan dan menceritakann kisah kepada kita agar kita berfikir, dan Allah memerintahkan kita untuk menceritakan (kembali) kisah ini kepada umat manusia agar mereka berfikir, sebagaimana Allah juga telah memberitahukan kepada kita bahwa ia menceritakan kisah itu kepada kita untuk memberikan hiburan ketabahan, keteguhan hati, dan kesabaran untuk tetap melakukan usaha dan perjuangan.
Tujuan dihadirkannya kajian kisah ini adalah dalam rangka menemukan tujuan-tujuan al-Qur'an dari kisahnya, mengalihkan perhatian kita kepada kisah ini dalam kebenaran, prinsip, dan pengarahan, dalam rangka melaksanakan perintah Allah untuk memperhatikan dan memikirkan, dan mengambil pelajaran dari setiap bait yang ada dalam kitab sucinya yaitu al-Qur'an al-Karim.
B. Kisah-Kisah Dalam Al-Qur'an
1. Pengertian Kisah
Al-Qur'an telah menyebutkan kata qashas dalam beberapa konteks, pemakaian, dan tashrif (konjungsi) nya: dalam bentuk fi'il madhi, fi'il mudhori', fi'il amr, dan dalam bentuk mashdar . Menurut bahasa, kata qashash berarti kisah, cerita, berita atau keadaan . kisah sendiri berasal dari kata al-qassu yang berarti mencari atau mengikuti jejak . sependapat dengan al-Qattan, Imam ar-Raghib al-Isfahani dalam kitab al-Mufradat fi Gharib al-Qur'an juga mengartikan kata "Qashashtu atsarahu" sebagai "Saya mengikuti jejaknya" .
Hasbi Ashiddieqy menyatakan bahwa pengertian dari qashash adalah mencari bekasan atau mengikuti bekasan (jejak). Lebih lanjut, beliau juga menerangkan bahwa Lafadz qashash adalah bentuk mashdar yang berarti mencari bekasan atau jejak , dengan memperhatikan ayat-ayat berikut ini.
"lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula" (QS. Al-Kahfi:64)
"Sesungguhnya Ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" . (QS. Ali Imran : 62)
" Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman". (QS. Yusuf: 111)
Dari berbagai pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa secara global pengertian dari qashash adalah pemberitahuan Qur'an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Di samping itu, Qur'an juga juga banyak mengandung keterangan-keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Dan Qur'an juga menceritakan keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona baik dalam pengkisahan atau dalam setiap lafadz yang menceritakannya.
2. Metodologi Mencermati Kisah-kisah Dalam Al-Qur'an
Berbagai penelitian tentang kisah dalam al-Qur'an harus memiliki konsep yang jelas dan benar, sehingga dapat merenungkan letak-letak yang mengandung pelajaran dari kisah-kisah orang terdahulu agar tidak keluar menuju ketersesatan, mitos-mitos, dongeng-dongeng, cerita-cerita, legenda bohong. Dalam al-Qur'an, terdapat beberapa indikator seputar pengamatan terhadap kisah orang-orang terdahulu dan seputar metodologi ilmiah yang benar .
Banyak sekali terdapat metodologi dalam memahami kisah-kisah dalam al-Qur'an, namun diantara yang paling mudah dipahami adalah metode dimana kisah-kisah tersebut di kelompokan dalam katagori "berita-berita gaib" . Kategori gaib dijadikan tawaran metode dengan kenyataan bahwa diantara karakteristik orang-orang mu'min yang paling nayata dan menonjol adalah beriman kepada ayang gaib (transenden), selain itu hal ini juga diperkuat dengan landasan dari bagian rukun iman yaitu beriman kepada yang gaib.
Rasionalitas ghaib dalam karakteristik pemahaman terhadap Islam adalah unsur utama pembentukan rukun iman , dan al-Qur'an sendiri dengan tegas mengkategorikan bahwa kisah-kisah orang-orang terdahulu yang termaktub di dalam-nya adalah termasuk ke dalam alam gaib. Dalam memahami kisah gaib dalam al-Qur'an, kisah tersebut dapat ditinjau dari segi waktu, antara lain:
1. Gaib pada masa lalu; dikatakan masa lalu karena kisah-kisah tersebut merupakan hal gaib yang terjadi pada masa lampau, dan disadari atau tidak kita tidak menyaksikan peristiwa tersebut, tidak mendengarkan juga tidak mengalaminya sendiri. Contoh-contoh dari kisah ini adalah:
a. Kisah tentang dialog malaikat dengan tuhannya mengenai penciptaan kholifah di bumi, sebabagaimana tercantum dalam QS. Al-Baqarah: 30-34
b. Kisah tentang penciptaan alam semesta, sebagaimana diceritakan dalam QS. Al-Furqon: 59 dan QS. Qaf: 38.
c. Kisah tentang penciptaan nabi Adam AS dan kehidupannya ketika d surga, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-A'raf: 7
2. Gaib pada masa kini; dalam artian bahwa kisah tersebut terjadi pada masa sekarang, namun kita tidak dapat melihatnya di bumi ini. Contoh-contoh dari kisah ini adalah;
a. Kisah tentang turunnya Malaikat-malaikat pada malam Lailatul Qadar, seperti disebutkan dalam QS. Al-Qadar: 1-5
b. Kisah tentang kehidupan makhluq-mahkluq gaib seperti setan, jin, Iblis, seperti tercantum dalam QS. Al-A'raf: 13-14.
3. Gaib pada masa depan; dengan penjelasan bahwa semua akan terjadi pada masa depan ( di akhir zaman), Contoh-contoh dari kisah ini adalah;
a. Kisah tentang akan datangnya hari kiamat, seperti tercamtu dalam QS. Qori'ah, Al-Zalzalah.
b. Kisah Abu Lahab kelak di akhirat, seperti terdapat pada QS. Al-Lahab.
c. Kisah tentang surga dan neraka orang-orang di dalamnya, seperti dijelaskan dalam QS. Al-Ghosiyah dan surat-surat yang lain .
Mengamati pembagian diatas, hemat penulis masih terdapat sedikit kekurangan yang menyangkut qashashul Qur'an atau kisah-kisah dalam al-Qur'an. Kalau kita teliti lebih lanjut, ternyata ktiteria ghaib yang terjadi pada masa sekarang yang dipakai oleh Shalah Al-Khalidy tidak cukup mewakili terhadap kejadian-kejadian yang diprediksikan oleh al-Qur'an. Labih jauh, terdapat beberapa ayat al-Qur'an yang menceritakan berbagai kisah dan prediksi tentang masa sekarang yang sifatnya nyata (bukan goib), seperti ayat tentang perputaran bumi, tata surya dan planet-planet yang mengelilinginya, ataupun ayat yang menceritakan tentang kerusakan yang akan terjadi di bumi ini adalah ulah dari manusia itu sendiri.
Dengan melihat kenyataan pada masa kekinian, ternyata kisah ataupun cerita-cerita dalam al-Qur'an banyak yang sudah bisa dirasionalkan oleh manusia, dengan berbagai teknologi yang telah dikembangkan, ini artinya kisah yang terdapat dalam al-Qur'an tidak selamanya bersifat gaib. Selain itu, fenomena alam yang banyak terjadi seperti gempa bumi, tanah longsor dan lain sebagainya juga sangat mendukung kenyataan bahwa al-Qur'an tetap mengakui rasionalitas dan eksistensi yang dimiliki manusia sebagai kholifah yang diperintahkan untuk membaca dan menjaga ayat-ayat qouniyah Allah yang ada di muka bumi ini.
2. Macam-macam Isi Kisah Dalam Al-Qur'an
Secara garis besar, ksah-kisah yang terdapat dalam al-Qur'an dibedakan menjadi tiga bagian, dengan pembagian sebagai berikut;
a. Kisah para nabi, kisah ini bercerita mengenai dakwah mereka kepada umatnya, mu'jizat-mu'jizat yang diberikan Allah kepadanya, sikap dan reaksi orang yang menentag dakwahnya, tahapan dakwah serta akibat-akibat yang diterima mereka dari orang-orang yang mempercayai dan menentangnya. Kisahkisah ini bayak diceritakan al-Qur'an seperti kisah tentang Nabi Adam (QS. Al-Baqarah: 30-39 dan QS. Al-A'raf; 11), kisah tentang Nabi Nuh (QS. Hud: 25-49), kisah tentang Nabi Ibrahim (QS. QS. Al-Baqarah: 124, 132, dan QS. Al-An'am: 74-83) dan kisah para nabi dan rosul yang lainnya.
b. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi pada masa lalu, dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Diantara kisah ini adalah kisah tentang Luqman (QS. Luqman: 12-13), kisah tentang Dzul Qornain (QS. Al-Kahfi: 9-26), kisah tentang Thalut dan Jalut (QS. Al-Baqarah: 246-251), dan kisah-kisah yang lain.
c. Kisah-kisah yang terjadi pada msa Rosulullah Muhammad SAW, seperti kisah tentang Perang Badar dan Perang Uhud (QS. Ali Imran), kisah tentang Ababil (QS. Al-Fil: 1-5), kisah tentang peristiwa hijrah (QS. Muhammad: 13) .
3. Hikmah dan Tujuan dari Kisah-Kisah Dalam Al-Qur'an
Allah menetapkan bahwa dalam kisah orang-orang tedahulu tedapat hikmah dan pelajaran yang bagi orang-orang yang berakal, serta yang mampu merenungi kisah-kisah itu, menemukan hikmah dan nasihat yang ada di dalamnya, serta menggali pelajarn dan petunjuk hidup dari kisah-kisah tersebut. Allah juga memerintahkan kita untuk ber-tadabbur terhadapnya, mnyuruh unutk meneladani kisah orang-rang yang sholeh dan mushlih, serta mengambil metode mereka dalam berdakwah dalam posisi kita sebagai makhluq dan kholfah di muka bumi ini.
Diantara hikmah yang dapat kita ambil dari kajian kisah-kisah dalam al-Qur'an seperti yang disebutkan oleh Manna Khalil al-Qattan dan Ahmad Syadali dalam buku mereka masing-masing antara lain sebagai berikut;
a. Menjelaskan asas-asas dan dasar-dasar dakwah agama Allah dan menerangkan pokok pokok syari'at yang diajarkan oleh para Nabi.
b. Meneguhkan Hati Rosulullah SAW dan umatnya dalam mengamalkan agama Allah (Islam), serta menguatkan kepercayaan para mu'min tentang datangnya pertolongan Allah dan kehancurang orang-orang yang sesat.
c. Menyibak kebohongan para Ahli Kitab dengan hujjah yang membenarkan keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan, dan menentang mereka tentang isi kitab mereka sendiri sebelum kitab tersebut diubah dan diganti seperti firman Allah;
"Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan[212]. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), Maka bawalah Taurat itu, lalu Bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar". (QS. Ali Imran: 93)
dan masih banyak faedah-faedah lain yang kita dapt dari kisah-kisah yang ada dalam al-Qur'an .
4. Bukti Arkeologis yang Mendukung Kisah-kisah dalam Al-Qur'an
Banyak temuan arkeolog yang memuat catatan-catatan kuno dan bukti-bukti geografis yang mendukung atau sesuai dengan penuturan al-Qur'an. Hal ini menunjukkan bahwa cerita atau kisah-kisah yang dimuat oleh al-Qur'an adalah benar adanya, karena secara periwayatan Allah sendiri telah menjamin . Catatan tertua yang ditemukan adalah catatan inskripsi atau naskah Ebla yang diperkirakan berumur 2500 tahun SM. Kumpulan naskah ini digali dari sebuah tempat yang bernama Tell Mardikh, sebelah barat Syiria, dan sekarang terdiri dari 15000 potongan lembengan tablet dan fragmen. Lempengan ini bersama temuan-temuah di Timur Dekat, Mesir dan Arabia dapat digunakan sebagai catatan Independen untuk membenarkan dan menguatkan kisah-kisah dalam al-Qur'an .
Sayangnya, kebanyakan temuan-temuan arkeologis tersebut banyak ditemukan oleh lembaga-lembaga arkeologi Barat-Kristen, seperti Pontifical Biblical Institute di Vatican, Misi Arkeolog lemabaga-lembaga AS, Perancis, Inggris dan lain sebagainya. Meskipun penelitian mereka didasarkan atas metode ilmiah, namun tidak diragukan lagi bahwa kepentingan mereka adalah untuk mencocokan tablet atau lempeng arkeologis tersebut dengan kisah-kisah Injil yang mempengaruhi mereka-baik sengaja ataupun yang tidak sengaja-telah banyak melakukan kesalahan tafsir terhadap lempeng-lempeng tersebut dan menguntungkan kepentingan mereka .
Bukti sejarah yang dapat kita lihat sampai sekarang dan masih tetap eksis adalah adalah baitullah Ka'bah serta runtutan ritual ibadah Hajji yang dilaksanakan di Mekkah, yang kebanyakan diambil dari kisah nabi Ibrahim dan keluarganya. Selain itu, sudah banyak video-video yang memperlihatakan kepada kita peninggalan dari para Nabi terdahulu, seperti penayangan "Jejak Rosul" yang dapat kita saksikan di setiap bulan Ramadhan, serta bukti-bukti arkeolog lain yang telah banyak ditemukan.
C. Nilai-Nilai Pendidikan dari Kisah-kisah Dalam Al-Qur'an
Tidak diragukan lagi bahwa kisah yang baik dan cermat akan digemari dan menembus relung jiwa manusia dengan mudah. Segenap perasaan mengikuti alur kisah tersebut tanpa merasa jemu atau kesal, serta unsur-unsurnya dapat dijelajahi akal sehingga ia dapat memetik dari keindahan tamannya aneka ragam bunga dan buah-buahan.
Dalam kisah-kisah Qur'ani terdapat lahan subur yang dapat membantu kesuksesan para pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan tugasnya dan membekali mereka dengan bekal pendidikan berupa peri hidup para Nabi, berita-berita tentang umat terdahulu, sunnatullah dalam kehidupan dan hal ihwal bangsa-bangsa pada masa sebelumnya. Para pendidik terutama harus dapat menyuguhkan kisah-kisah Qur'ani dengan uskub bahasa yang sesuai dengan tingkat nalar para peserta didik dalam segala tingkatan.
Ada beberapa nilai pendidikan yang dapat di ambil dari beragam kisah yang terdapat dalam al-Qur'an. Para ulama' besar sepeerti Sayyid Qutub dan yang lain telah banyak menyusun kisah-kisah tersbeut dan berhasil membekali kita dengan beragam manfaat sebagai i'tibar. Demikian juga Al-Jarim yang telah menyajikan kisah-kisah Qur'ani dengan gaya sastra yang indah dan tinggi .
Hasbi Ash Shiddieqy dalam buku Ilmu-ilmu al-Qur'an; Media Pokok Dalam Penafsiran al-Qur'an menyebutkan, beberapa nilai pendidikan yang terdapat dalam kisah-kisah Qur'ani diantaranya sebagai berikut.
a. menjelaskan dasar-dasar metode dakwah agama Allah dan menerangkan pokok-pokok syari'at yang disampaikan oleh para Nabi .
b. Mengokohkan hati Rosul dan hati umat Muhammad dalam menyembah Allah dan menguatkan kepercayaan para mu'min tentang datangnya pertolongan Allah dan hancurnya kebhatilan .
c. Menyikap kebohongan Ahlul Kitab yang telah menyembunyikan isi kita mereka yang masih murni .
D. Kesimpulan
Sungguh al-Qur'an merupakan sebuah kitab suci yang layak untuk dipuji dan diamalkan oleh seluruh hamba Allah yang ada di muka bumi ini, khususnya umat Muhammad SAW. Bagaimana tidak, karena di dalam al-Qur'an kita dapat menjumpai berbagai pembahasan seputar kehidupan yang ada dan terdahulu.
Dari berbagai pemaparan yang telah disebutkan, kita selayaknya dapat mengambil beberapa manfaat dari Qashashul Qur'an. Kita wajib percay bahwasanya kisah-kisah dalam al-Qur'an merupakan bagian sejarah umat manusia yang diungkapkan oleh Allah berupa kisah- kisah dan cerita-cerita gaib yang mengisahkan para Nabi dan Rosul Allah, peristiwa para umat terdahulu baik individu maupun golongan dan kehidupan Muhammad SAW serta kehidupan yang semasa dengan beliau.
Kita juga harus percaya bahwa kisah-kisah dalam al-Qur'an itu dikemukakan bukan sekedar untuk menambah pengetahuan yang dapat dibuktikan dengan berbagai temun ilmiah yang ada, karena jauh dari semuanya maksud dari cerita-cerita dalam al-Qur'an adalah menuntun manusia agar mengambil pelajaran dari kisah-kisah tersebut.
Daftar Pustaka
Ahmad Ash-Shouwi, Dkk, Mukjizat al-Qur'an dan as-Sunnah Tentang IPTEK, Gema Insani Press, Jakarta 1995
Ahmad Syadali, Ahmad Rafi'I, Ulumul Qur'an, Jilid II, Pustaka Setia, Bandung 1997
Al-Qur'an Dan Terjemahannya, Depag RI, Jakarta 1989
Shalah Al-Khalidy, Terj. Setiawan Budi Utomo, Kisah-kisah Al-Qur'an; Pelajaran Dari orang-orang Terdahulu Jilid I, Gema Insani Press, Jakarta 1999
-----------------------, Terj. Setiawan Budi Utomo, Kisah-kisah Al-Qur'an; Pelajaran Dari orang-orang Terdahulu Jilid II, Gema Insani Press, Jakarta 1999
Manna Khalil al-Qattan, Terj. Mudzakir AS, Studi Ilmu-Ilmu Qur'an,Litera Antar Nusa, Jakarta 2006
M. Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu al-Qur'an; Media Pokok Dalam Penafsiran al-Qur'an, Bulan Bintang, Jakarta 1972
Quraish Shihab, Mu'jizat Al-Qur'an, Mizan, Bandung 1998
Selasa, 24 Mei 2011
Kisah-Kisah Dalam Al-Qur'an
08.17
darussholah
No comments
0 komentar:
Posting Komentar