Selasa, 24 Mei 2011

Isra' Mi'raj Menuju Penghambaan yang Sempurna


Penulis : Ani Fitria WS

Perjalanan pada malam hari yang dilakukan oleh Rasulullah guna bertemu langsung dengan Allah SWT., serta untuk menerima perintah sholat, merupakan salah satu momen penting yang banyak diingat dan diperingati oleh kebanyakan umat Islam. Meski tidak semua dari kita mengetahui apa esensi dari malam bersejarah tersebut. Seperti kebanyakan riwayat yang sampai pada kita, Isra' merupakan sebuah terma yang berasal dari bahasa Arab yang bermakna perjalanan malam, sedangkan mi'raj adalah perjalanan Rasulullah dari Masjid al Aqsha sampai Sidrat al Muntaha untuk bertemu Rabbnya. Pada saat beliau melakukan perjalanan ini, banyak hal yang telah beliau alami. Selain yang telah disebutkan diatas, Rasulullahpun bertemu dengan sebagian dari Nabi-Nabi sebelum beliau, melihat langsug surga dan neraka, serta melakukan perjalanan istimewa tersebut dengan kendaraan yang istimewa pula

Tentang sistemasi perjalanan Rasulullah ini tidak luput pula dari perbedaan, apakah beliau melakukan Isra Miraj itu dalam keadaan sadar (terjaga) atau dalam keadaan tidak sadar (tidur)?!. Ada beberapa pokok bahasan lain pula yang masih menimbulkan pro dan kontra, semisal maksud dari hadis yang menyatakan bahwa nominal sholat yang dibebankan bagi umat Islam pada mulanya adalah limapuluh kali dalam sehari, begitu pula mengenai kendaraan yang membawa Nabi pada saat melakukan Isra Miraj ini, malah ada sebagian orang yang menafsirkan bahwa kendaraan yang Nabi tumpangi untuk melakukan Isra Miraj adalah bernama buraq, binatang yang wujudnya seperti perpaduan antara keledai dan kuda, bersayap, serta berjenis kelamin perempuan ( deskripsi terakhir ini merupakan sebuah interpretasi yang benar-benar tidak dapat dipertanggungjawabkan, karena tidak ada satupun hadis yang menyenutkan jenis kelamin dari buraq tersebut).

Mengenai kondisi Nabi pada saat melakukan Isra Miraj ini, ada tiga penafsiran yang mendominasi pendapat ahli hadis. Pertama; seperti apa yang diriwayatkan oleh Aisyah Ra., ketika malam terjadinya Isra Miraj tersebut, Rasulullah tidur dalam Masjid al Haram. Sedangkan menurut riwayat Ummu Hani binti Abu Thalib Ra., seperti yang telah disampaikan kepada Muhammad ibn Ishaq -meski dengan redaksi yang berbeda-, ia mengatakan bahwa ketika malam terjadinya peristiwa bersejarah itu, Rasulullah tidur dirumahku dan beliau melaksanakan sholat Isya pada akhir waktu. Beliaupun terus terjaga sampai waktu shubuh tiba. Setelah beliau melakukan sholat shubuh, barulah beliau berkata kepadaku bahwa beliau telah melakukan sholat pula di Bait al Muqaddas. Dari sini dapat ditarik sebuah benang merah, bahwa baik Aisyah maupun Ummu Hani berpendapat dan menyangka bahwa ruh Rasulullahlah yang melakukan perjalanan tersebut, karena keduanya sama-sama meriwayatkan bahwa Rasulullah memang benar benar tidur ketika terjadinya Isra Miraj itu

Kedua;Berbeda dengan pendapat dalam hadis yang pertama, diriwayatkan pula dari Muawiyah ibn Abi Sufyan bahwa Rasulullah melakukan Isra Miraj tersebut dalam keadaan terjaga dan sadar (tidak tidur). Hal ini dikuatkan pula dengan hadis yang menyatakan bahwa ketika beliau tidur seperti biasanya, beliau terbangun dan tiba-tiba beliau telah berada didalam Masjid al Haram. Ketiga; sebagian ahli hadis yang lain meriwayatkan bahwa Rasul melakukan Isra Miraj tersebut dalam keadaan terjaga dan dalam keadaan tidur. Karena ketika Rasulullah menerima wahyu tersebut, beliau berada didalam Masjid al Haram beliau dalam keadaan diantara tidur dan terjaga. Dalam konteks yang sama, ada pula yang meriwayatkan bahwa ketika beliau melakukan perjalanan, beliau memang dalam keadaan tidur, namun ketika telah sampai ketempat yang dituju, beliau lantas terbangun (pendapat ketiga inilah yang dibenarkan oleh pengarang kitab: Al Raudh al Unuf).

Terlepas dari semua perdebatan diatas, baik dalam keadaan terjaga maupun dalam keadaan tidur (tidak sadar), seorang utusan atau Rasul mampu menerima wahyu pada saat apapun. Dan memang sudah menjadi salahsatu kelebihan dari mereka, seorang Rasulpun mempunyai kepekaan dalam menerima wahyu ataupun tanda-tanda yang Allah berikan kepada mereka. Meski mereka tertidur namun hati mereka selalu terjaga untuk beribadah kepada Allah SWT

Lain lagi dalam hal pembebanan sholat bagi umat Islam, ada beberapa argumen pula yang melatarbelakangi terjadinya perbedaan interpretasi dari nominal limapuluh yang menjadi awal perintah sholat tersebut. Ada sebagian ahli hadis yang meriwayatkan bahwa perintah sholat yang pada mulanya sebanyak limapuluh kali dalam sehari semalam sampai menjadi lima, itu terjadi karena ada nasakh (dengan arti; mengganti hukum dengan hukum yang lain dan lebih ringan) pada suatu hukum yang belum sampai kepada pihak yang seharusnya menerima hukum tersebut. Namun hal ini dibantah oleh Abu Jafar al Nuhas yang menyatakan bahwa nasakh tidak boleh terjadi pada hukum yang belum diterima oleh pihak yang terbebani, karena bisa saja itu disebut bada yang jelas jelas itu mustahil sekali bagi Allah. Alasan beliau adalah bahwa perubahan hukum itu terjadi karena semata-mata syafaat yang diberikan olah Rasul kepada umatnya

Selain pendapat tersebut, ada lagi yang mengatakan bahwa nominal sholat sebanyak limapuluh kali tersebut merupakan nominal yang ditetapkan di al Lauh al Mahfudz, oleh sebab itu maksud dari limapuluh tadi adalah layaknya lima kebaikan yang satuannya mendapat kelipatan sepuluh kali lebih banyak dari awalnya. Berarti, bisa disimpulkan bahwa yang menjadi pertimbangan dari pendapat ini adalah banyaknya pahala yang akan diterima oleh orang yang melakukan sholat tersebut

Memang banyak sekali fenomena yang ada diseputar peristiwa Isra Miraj ini. Namun, hal itu seyogyanya tidak menjadi sebuah kendala dari esensi yang semestinya dipahami sebagai salahsatu wujud penghambaan kita kepada yang Maha Tunggal. Terlebih lagi, betapa teristimewanya ritual sholat yang harus kita lakukan ini, hingga Allah memanggil Rasulullah langsung untuk menghadapNya. Tidak untuk menunjukkan bahwa Ia berharap agar mendapat penghormatan dari mahlukNya, melainkan karena memang Ia berhak untuk mendapatkan itu

Sumber:
1.al Raudh al Unuf
2.Sirah ibn Hisyam
3.Madkhal ila al Quran al Karim, Abid al Jabiriy



Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates