Rabu, 25 Mei 2011

KABAR DUKA DARI MUKTAMAR NU, SOLO


ullu syai'in bi qadla'in wa qadar. Nampaknya, lagu penyanyi legendaris asal Mesir, Ummi Kulsum yang seringkali disenandungkan oleh KH Yusuf Muhammad benar benar menjadi sebuah kenyataan yang memilukan. Tepat 30 Nopember 2004, Gus Yus, panggilan akrab KH Yusuf Muhammad, dipanggil menghadap ilahi, Sang Pencipta. Putra bungsu KH Muhammad ini meninggal dalam musibah kecelakaan pesawat Lion Air di Solo, bersama 26 korban yang lain. Kecelakaan itu terjadi sore hari di Bandara Adi Sumarmo, saat pesawat tergelincir sesaat sebelum berhasil mendarat di bandara yang berjarak beberapa kilometer dari lokasi Muktamar NU di Solo. Namun demikian, jenazah Gus Yus baru dapat dipastikan keberadaannya pukul 22.30 WIB.

Saat itu, beliau hendak hadir kembali dalam Muktamar NU ke 31. Sebelumnya, yakni pada waktu pembukaan Muktamar NU yang diselenggarakan di Asrama Haji Donohudan Boyolali, Jawa Tengah, Gus Yus sudah hadir, malah bersama istri, Siti Rosyidah dan putranya, Ahmad Syarif Cornel Aulawi. Hanya, beliau harus ke Jakarta hari itu lantaran melaksanakan tugas sebagai Ketua Komisi VIII DPR RI, untuk rapat bersama Mensos Bachtiar Chamsah. Sore hari itu, usai rapat dengan Mensos, (30/ 11), Gus Yus bermaksud ke Solo menghadiri sejumlah perternuan Muktamar. Rencananya, esok pagi (1/12), beliau berencana ke Jakarta kembali, untuk menghadiri rapat dengan Menteri Agama, Maftuh Basuni.


Kabar meninggalnya Pengasuh Pondok Pesantren Darus Sholah itu terungkap tak lama setelah kecelakaan pesawat. Kediaman Gus Yus sejak malam itu. (30/11) ramai didatangi sanak saudara, kerabat, santri dan warga yang hendak membacakan tahlil. Pagi hari, I Desember 2004, jumlah warga yang mengiringi pernakaman jenazah kian membludak. Belasan ribu warga Jember dan sekitarnya, seperti Bondowoso, Banyu wangi, Situbondo, Lumajang, Pasuruan, bahkan Surabaya memadati pesantren yang terletak di Tegal Besar tersebut. Kedatangan jenazah Ketua Yayasan Masjid Al Baitul Amien Jember ini sudah ditunggu sejak pukul 06.00 WIB. Mereka datang untuk menyaksikan pemakaman sekaligus memberi penghormatan terakhir kepada kiai yang juga mubaligh kesohor itu. Informasi yang diterima masyarakat menyebutkan jenazah almarhurm akan tiba di rumah duka sekitar pukul 08.00 WIB. Tapi, iring iringan mobil yang membawa jenazah Gus Yus tiba dan memasuki halaman pondok pukul 10.15 WIB. Kedatangan jenazah kiai berpenampilan sederhana ini disambut dengan lantunan ayat suci al Qur'an. Hujan tangis para pentakziah pun menjadi tak terhindarkan. Mereka juga merangsak mendekati mobil jenazah dan berebut mengangkat jenazah Gus Yus ke dalam rumah. Sebagian pentakziah histeris menangis cukup keras.


Akhimya, jenazah diterima keluarga. Setelah beberapa saat melihat kondisi jenazah, keluarga duka juga mensholatinya. Tampak juga, KH Khotib Umar, mengimami sholat jenazah di ruang tamu keluarga. Usai disholati di keluarga, jenazah diberang katkan ke masjid. Secara bergantian, pentakziah menyelenggarakan sholat jenazah. Berkali kali sholat jenazah dilakukan. Maklum, jumlah pentakziah sangat banyak. Tapi, permakaman jenazah Gus Yus tak kunjung dilaksanakan. Pasalnya, putra beliau, Muhammad Zakki Audani (17 tahun), masih dalam perjalanan menuju Jember. Pemakaman baru dilaksanakan pukul 14.00 WIB, ketika sang putra dengan isak tangis yang memilukan, tengah datang. Menjelang pemakaman, ribuan warga yang beraneka ragam berdesak-desakan memenuhi pelataran Pesantren Darus Sholah. Gubernur Jawa Timur Imam Utomo, Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Edy Sunamo, Pj. Ketua Umurn DPP Partai Kebangkitan Bangsa Prof Mahfudz MD, Ketua DPR RI Agung Laksono, Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Ali Masykur Musa, Wakil Bupati Jember Bagong Sutrisnadi, serta pejabat lain, tampak hadir dalam permakaman ini. Termasuk Bupati Bondowoso, H. Mashoed M. Si. Dari masjid, jenazah Gus Yus lalu dibawa ke pemakaman keluarga di sekitar pesantren. Jarak antara masjid ke pemakaman keluarga sekitar 100 meter. Namun, lama perjalanan peti jenazah antar masjid ke makam keluarga, memakan waktu 15 20 menit. Sebab, jalanan tempat jenazah menuju permakaman nyaris macet. Ribuan pentakziah meluberi pelataran pesantren yang didirikan pada tahun 1987 ini. Namun, karena kesigapan Banser dan aparat, akhirnya jenazah dapat dimakamkan dengan lancar. Isak tangis dan bacaan tahlil pentakziah kembali menyerusak sepanjang perjalanan jenazah ke pemakaman. Prosesi pemakaman Gus Yus dipimpin oleh KH Ahmad Mursyid. Dengan tenang, kiai sepuh yang alim ini juga membacakan talqin untuk Gus Yus. Di tengah guyuran gerimis, prosesi pemakaman ini pun berjalan khusuk dan khidmat.


Sementara itu, di tempat yang berbeda, wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoerito memimpin acara doa bersama anggota DPR di lobi Gedung Nusantara I Komplek MPR/DPR, Senayan, Jakarta (1/12) untuk Gus Yus. Politisi senior PDIP ini tidak kuasa menahan air matanya. " Beristirahatlah dengan. tenang, kami telah merasakan bahwa kamu adalah anggota Dewan yang berjasa, " kata Mbah Tardjo yang lalu terisak sehingga pidatonya tidak terdengar lagi. Mbah Tardjo adalah pimpinan DPR yang pertama memberikan. sambutan. Rencananya, kegiatan. itu. dipimpin Ketua DPR Agung Laksono. Tapi, Agung tidak hadir karena langsung melayat Gus Yus ke Jember. Setelah menguasai dirinya, Mbah Tardjo melanjutkan pidatonya," Atas nama DPR, perkenankan kami menyampaikan. terima kasih dan penghargaan atas darma bakti dan pengabdian beliau pada bangsa dan negara, " tandasnya. "Atas nama karyawan dan pribadi, kami menyatakan belosungkowo. Marilah, kita hantar almarhurn dengan iringan doa, mengikhlaskan kepergian almarhum. Semoga Tuhan mengampuni dosa dan memberikan tempat yang layak di sisi Nya", sambung Tardjo. Sekitar 200 an anggota DPR menghadiri doa bersama itu. Mereka membentuk lingkaran dan berdiri dengan khidmat. Di tengah lingkaran itu, tampak rangkaian bunga dari pimpinan dan anggota DPR RI, Menkop/UKM, pimpinan dan anggota
Di Surabaya, sejumlah anggota DPRD I Jawa Timur juga ikut berbela sungkawa. Kebetulan, saat itu. ada rapat paripuma (1/12). Sebelum membuka rapat, Fathurrasyid, Ketua DPRD, dengan perasaan haru, berkata: " Kita ini kehilangan seorang pernimpin yang berjasa pada bangsa dan negeri ini. Yaitu, KH Yusuf Muhammad yang juga kakak kandung lbu Endah Nizar". Sebagaimana diketahui, Noer Endah Nizar, diangkat sebagai anggota DPRD I masa periode 2004 2009. Noer Endah dipilih mewakili Muslimat NU Jawa Timur. Lalu, "Alfatehah", tukas Fathurrasyid memulai do'a bersama anggota DPRD yang lain. Noer Endah yang menghadiri rapat paripurna tersebut mendapat ucapan belasungkawa dari teman teman sejawatnya.


Sumber: Gus Yus Dari Pesantren Ke Senayan, Halaman 08 - 14



Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates